Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya
untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Memberi motivasi bukan pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi
seorang anak atau suatu kelompok mungkin tak berhasil bagi anak atau kelompok
lain.
SUATU TEORI TENTANG MOTIVASI
Menurut seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yaitu
motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas yakni:
1. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan, (security), yakni rasa terlindung, bebas dari takut
dan kecemasan.
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih: rasa diterima dan dihargai dalam suatu
kelompok ( keluarga, sekolah, teman sebaya ).
4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan
usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat
pengaruh, dari dalam dan dari luar dirinya. Hal ini akan di uraikan sebagai
berikut:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.
Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin
menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh krena itu, ia rajin
belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Cara membangkitkan motivasi
intrinsik:
a. Menciptakan suasana yang menyenangkan.
Anak-anak harus merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang
dihargai dan dihormati.
b. Menggairahkan siswa
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar harus berusaha menghindari
hal-hal yang mononton dan membosankan
c. Mengarahkan
Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan cara menunjukkan pada
siswa hal-hal yang di lakukan secara tidak benar dan meminta pada mereka
melakukan sebaik-baiknya.
d. Pergunakan pujian verbal
Penerimaan sosial yang mengikuti suatu tingkah laku yang diinginkan dapat
menjadi alat yang cukup dapat di parcaya untuk mengubah prestasi dan tingkah
laku akademis ke arah yang diinginkan. Kata-kata seperti ’bagus’, ’baik’,
’pekerjaan yang baik’, yang di ucapkan segera setelah siswa melakukan tingkah
laku yang diinginkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan
pembangkit motivasi yang besar. Penerimaan sosial merupakan suatu penguat atau
insetif yang relatif konsisten.
e. Pergunakan simulasi dan permainan.
kedua hal ini akan memotivasi siswa, meningkatkan interaksi, menyajikan
gambaran yang jelas mengenai situasi kehidupan sebenarnya, dan melibatkan siswa
secara langsung dalam proses belajar.
f. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran, pergunakan
materi-materi yang sudah di kenal sebagai contoh.
g. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah,
karena hal ini besar pengaruhnya atas diri siswa.
h. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa;
seseorang akan dapat mempengaruhi motivasi orang lain bila ia memiliki suatu
bentuk kekuasaan sosial.
i. Memberikan insentif (penghargaan / rewards).
Bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar di harapkan memberikan hadiah pada
siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan lain sebagainya ) atas
keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut
guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik
merupakan hal yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
anak mau belajar karena di suruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat
pertama di kelasnya.
Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi intrinsik, Tapi tak semua motivasi itu sama baiknya,
malahan ada pula yang dapat merusak, yaitu:
1. Memberi angka.
Banyak murid belajar untuk mencapai angka baik dan untuk itu berusaha dengan
segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Akan tetapi
ada pula yang belajar untuk naik kelas saja. Angka itu harus benar-benar
menggambarkan hasil belajar anak. Namun belajar semata-mata untuk mencapai
angka tidak akan membari hasil-hasil belajar yang sejati, dan tidak mendorong
seseorang belajar sepanjang umur.
2. Hadiah.
Juga hadiah tidak selalu merupakan motivasi. Hadiah untuk gambar yang terbaik,
tidak menarik bagi mereka yang tak mempunyai bakat menggambar. Tak banyak orang
berusaha untuk menjadi walikota, walaupun jabatan itu terbuka bagi semua orang.
Kalau hadiah itu rasanya tak tercapai, maka tak akan membangkitkan motivasi.
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang mempunyai harapan
untuk memperolehnya. Bagi pelajar, hadiah juga dapat merusak oleh sebab
menyimpangankan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
3. Saingan.
Saingan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasinya yang lebih
tinggi di lapangan industri, perdagangan, dan lain-lain. Persaingan sering
mempertinggi hasil belajar, baik persaingan individual maupun persaingan
antar-kelompok. Sikap anak-anak berlainan terhadap persaingan.
a. Ada yang ingin mempertinggi harga diri bila menang dalam persaingan
b. Ada yang tak suka, tak berani bersaing.
c. Ada yang tak acuh, karena tak ada harapan menang.
Persaingan dapat merusak:
Yang tampil hanya anak-anak yang baik saja dengan merendahkan harga diri
anak-anak lain. Dalam persaingan setiap peserta diancam oleh rasa takut akan
kegagalan.
Dalam dunia sekrang ini hendaknya diutamakan kerja sama dan bukan persaingan.
Sekarang tidak lagi berlaku semboyan ’’survival of the fittest ’’ hanya yang
kuat akan hidup, melainkan selogan ’’cooperate or die’’. Kita harus kerja sama
atau kita akan musnah! Nasib dunia ini bergantung pada kesanggupan umat manusia
untuk bekerja sama, oleh sebab manusia telah mempunyai alat untuk menghancurkan
dunia ini.
4. Hasrat untuk belajar.
Tanpa suatu hasrat atau maksud ada juga kita pelajari hal-hal tertentu. Kita
mengingat nama-nama, warna-warna, situasi-situasi tertentu tanpa suatu maksud
yang disengaja untuk menghafalnya (incidental learning atau belajar secara
kebetulan). Akan tetapi hasil belajar akan lebih baik, apabila pada anak ada
hasrat atau tekad untuk mempelajari sesuatu. Tentu kuatnya tekad tergantung
pada macam-macam faktor, antara lain tujuan pelajaran itu bagi anak.
5. Ego-involvelment.
Seorang merasa ego involvelment atau keterlibatan diri bila ia merasa
pentingnya suatu tugas, dan menerimanya sebagai suatu tantangan dengan
mempertaruhkan harga dirinya. Kegagalan akan berarti berkurangnya harga
dirinya. Itu sebabnya ia akan berusaha dengan segenapnya tenaganya untuk
mencapai hasil baik untuk menjaga harga dirinya. Ego-Involved artinya bahwa
kegagalan akan menimbulkan ’’sense of failure’’ pada anak. Harga dirinya rusak
dan timbul rasa berdosa.
Tidak dalam segala tugas terdapat ego-involvelment. Regu dosen tidak akan
merasa malu atau rendah, apabila kalah dalam pertandingan sepakbola dengan
mahasiswa. Kekalahan itu tidak menyinggung harga diri.
6. Sering memberi ulangan.
Murid-murid lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau tes
dalam waktu singkat. Akan tetapi bila ulangan terlampau sering di lakukan,
misalnya setiap hari, maka pengaruhnya tidak berarti lagi. Agaknya ulangan
sekali dua minggu lebih merangsang murid-murid untuk belajar dengan giat
daripada ulangan tiap hari. Tentu saja harus diberitahukan terlebih dahulu akan
diadakannya ulangan itu. Tes tiba-tiba (surprise test) dalam hal ini tidak
berfaedah.
7. Mengetahui hasil.
Melihat grafik kemajuan, mengetahui hasil baik pekerjaan memperbesar kegiatan
belajar. Sukses mempertinggi usaha dan memperbesar minat. Orang suka melakukan
pekerjaan dalam hal mana diharapkannya memperoleh sukses. Karena itu bawalah
anak dari sukses yang satu kepada sukses yang satu lagi.
8. Kerja sama.
Bersama-sama melakukan suatu tugas, bantu-membantu dalam menunaikan suatu
tugas, mempertinggi kegiatan belajar. Kerja sama dilakukan dalam metode proyek
akan tetapi dalam mata pelajaran biasa pun dapat kita cari pokok-pokok yang
dapat memupuk hubungan sosial yang sehat.
9. Tugas yang ’’ challenging’’.
Memberi anak-anak kesempatan memperoleh sukses dalam pelajaran, tidak berarti
bahwa mereka harus di beri pekerjaan yang mudah saja. Tugas yang sulit yang
mengandung tantangan bagi kesanggupan anak, akan merangsangnya untuk
mengeluarkan segenap tenaganya. Tentu saja tugas itu selalu dalam batas
kesanggupan anak. Menghadapkan anak dengan problem-problem merupakan motivasi
yang baik.
10. Pujian.
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan
motivasi yang baik. Pujian yang tak beralasan dan tak karuan serta terlampau
sering diberikan, hilang artinya. Dalam percobaan-percobaan ternyata bahwa
pujian lebih bermanfaat daripada hukuman atau celaan. Guru hendaknya mencari
hal-hal pada setiap anak yang dapat dipuji, seperti tulisannya, ketelitian,
tingkah laku, dan sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi harga diri anak.
11. Teguran dan kecaman.
Digunakan untuk memperbaiki anak yang membuat kesalahan, yang malas dan
berlakuan baik, namun harus digunakan dengan hati-hati dan bijaksana agar tidak
merusak harga diri anak.
12. Sarkasme ( sindiran kasar ) dan celaan.
Hanya merusak anak. Sering dilakukan oleh guru yang tak layak disebut pendidik
yang menjadikan anak-anak korban dari frustrated personality-nya.
13. Hukuman.
Diberikan dalam bentuk hukuman badan, pengasingan, celaan, kecaman, sarkasme,
dan sebagainya. Soal ini di bicarakan dalam bab mengenai disiplin.
14. Standar atau Taraf Aspirasi ( Level of Aspiration ).
Tingkat aspirasi ditentukan oleh tingkat sosial orang tua dalam masyarakat. Taraf
itu menentukan tingkat tujuan yang harus dicapai oleh anak. Adakalanya keadaaan
ini efektif tetapi kadang – kadang dapat pula merusak.
15. Minat.
Pelajaran berjalan lancar bila ada minat. Anak – anak malas, tidak belajar,
gagal karena tidak adanya minat. Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan
cara – cara berikut :
a. Bangkitkan suatu kebutuhan ( Kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk
mendapat penghargaan, dan sebagainya ).
b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau
c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil yang baik, “Nothing succeeds like
succes”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik.
Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.
d. Gunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca,
demonstrasi, dan sebagainya.
16. Suasana yang menyenangkan.
Anak – anak harus merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang
dihargai dan dihormati.
17. Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh murid.
Motivasi selalu mempunyai tujuan. Kalau tujuan itu berarti dan berharga bagi
anak, ia akan berusaha untuk mencapainya. Guru harus berusaha, agar anak – anak
jelas mengetahui tujuan setiap pelajaran. Tujuan yang menarik bagi anak
merupakan motivasi yang terbaik.
18. Beberapa petunjuk singkat
1. Usahakan agar tujuan jelas dan menarik. Motif mempunyai tujuan. Makin jelas
tujuan makin kuat motivasi.
2. Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikannya.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan. Senyum yang menggembirakan suasana.
4. Usahakan agar anak – anak turut serta dalam pelajaran. Anak – anak ingin
aktif.
5. Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.
6. Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. Sebaiknya biarlah
hasil baik dalam pekerjaan merupakan hadiah bagi anak.
7. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.
8. Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid.
9. Hasil buruk, apalagi bila terjadi berulang – ulang mematahkan semangat.
10. Hargailah pekerjaan murid.
11. Berilah kritik dengan senyuman. Janganlah anak mendapatkan kesan, bahwa
guru marah padanya. Tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau
perbuatannya. “To motivate a chield is to arrange conditions so that he wants
to do what he is capable of doing”. Memotivasi anak berarti mengatur kondisi –
kondisi sehingga ia ingin melakukan apa yang dapat dikerjakannya.
Bila seorang belajar untuk mencari penghargaan berupakan angka, hadiah,
diploma, sarjana dan sebagainya, ia didorong oleh motivasi eksintrik, oleh
sebab itu tujuan – tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak
terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. “The goal is artificially
introduced”. Tujuan itu bukan sesuatu yang wajar dalam kegiatan. Anak – anak
didorong oleh motivasi intrinsik, bila mereka belajar agar lebih sanggup
mengatasi kesulitan – kesulitan hidup, agar memperoleh pengertian, pengetahuan,
sikap baik, penguasaan kecakapan. Hasil – hasil itu sendiri telah merupakan
hadiah.
“The reward of a thing well done is to have done it” (Emerson). Ganjaran
bagi sesuatu yang dilakukan dengan baik ialah telah melakukannya. Jadi motivasi
ekstrinsik disini tidak perlu.
Akan tetapi di sekolah sering digunakan motivasi ekstrinsik seperti angka –
angka, pujian, ijazah, kenaikan tingkat, celaan, hukuman, dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik dipakai oleh sebab pelajaran – pelajaran sering tidak
dengan sendirinya menarik dan guru sering kurang mampu untuk membangkitkan
minat anak.
Manfaat Motivasi
Tensing dan Hillary rela menderita susah payah untuk mencapai puncak Mount
Everest. Tukang becak mendayung becak di panas terik atau hujan lebat membawa
muatannya melalui jalan yang mendaki. Pemain bulu tangkis berlatih berjam-jam
lamanya setiap hari untuk menghadapi pertandingan internasional. Pelajar
mengurung dirinya dalam kamar untuk menyiapkan dirinya menempuh ujian. Di
belakang setiap perbuatan kita terdapat suatu motivasi yang mendorong kita
melakukannya.
Juga untuk belajar di perlukan motivasi ’’Motivasion is an essential
condition of learning’’. Hasil belajar pun banyak di tentukan oleh motivasi.
Makin tepat motivasi yang kita berikan, makin berhasil pelajaran itu. Motivasi
menentukan intensitas usaha anak belajar.
Motivasi melepaskan energi atau tenaga yang ada pada seseorang.
Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Tensing dan Hillary
mungkin ingin membuktikan kesanggupan manusia untuk menaklukan puncak tertinngi
itu. Tukang becak menahankan panas dan hujan untuk mencari nafkah bagi anak
isterinya.
Motivasi mempunyai tiga fungsi:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus di
jalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan
perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang
betul-betul bertekad menang dalam pertandingan, tak akan menghabiskan waktunya
bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan: hasrat, keinginan,
maksud, tekad, kehendak, cita-cita, keharusan, kesediaan, dan sebagainya.
Hubungan antara guru dan motivasi
Pengetahuan tentang timbulnya motivasi belajar serta hambatan belajar
memperoleh makna pedagogis yang istimewa, apabila dipertimbangkan dua hal
berikut ini:
1. Penyebab utama timbulnya pengukuhan positif maupun negatif, atau dengan
perkataan lain pengalaman berhasil atau gagal bukanlah pada suatu fenomena alam
yang misterius, melainkan pada pengajar.
2. Perkiraan akan gagal dan hambatan belajar di peroleh dalam proses interaksi
sosial yang buruk kondisinya. Karena itu umumnya dapat dilenyapkan lagi dengan
mengadakan kondisi belajar yang baik.
Dengan lain perkataan, pengajar dapat sangat mempengaruhi perkembangan
motivasi dengan jalan membentuk corak pengajarannya secara selaras serta
melalui bentuk-bentuk perilaku tertentu dalam interaksi yang berlangsung antara
dirinya dan pengajar. Dengan begitu timbul pertanyaan, Bagaimanakah seharusnya
sikap pengajar agar mendorong timbulnya motivasi belajar. Untuk menjawabnya, di
perhatikan berbagai aspek:
- Perilaku yang memperkukuh perilau belajar,
- ’’ Teknik-teknik motivasi’’ khusus untuk pengajar,
- Gaya interaksi sosial dalam proses mengajar dan belajar pada umumnya.
Pengaruh motivasi terhadap keberhasilan siswa :
1) Mendorong pengukuhan positif pada diri siswa.
2) Merangsang aktivitas belajar secara mandiri
3) Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin
besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan.
4) Membantu murid untuk menyadari kelebihan dan kelemahan diri sendiri.
5) Mendorong siswa menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.