CONTOH
MAKALAH
“DINAMIKA PGRI PADA MASA
REFORMASI”
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah
mata kuliah Ke-PGRI-an yang berjudul “Dinamika PGRI dalam masa
reformasi”.
Terima
kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing, mengajarakan, serta yang telah memberikan tugas membuat
makalah kepada kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan tugas makalah mata kuliah Ke-PGRI-an
yang berjudul “Dinamika PGRI dalam masa reformasi” dan juga terima kasih
yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikanlah makalah ini.
Seperti kata pepatah
‘’Tiada gading yang tak retak’’, demikian pula dengan makalah ini, tentu masih
banyak kekurangan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran baik secara
tertulis maupun secara lisan, khususnya kepada Para Dosen pengampu mata kuliah
Ke-PGRI-an agar kami bisa mengembangkan ilmu pengetahuan kami, khususnya
memahami tentang mata kuliah Ke-PGRI-an. Hingga akhirnya kami mampu
mempersiapkan diri dengan pengetahuannya kelak menjadi bagian dari
organisasi PGRI yang bermutu sehingga ke depan dapat
menjadi koreksi untuk kemajuan dan lebih baik demi penyempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat
memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi
para pembaca.
Surabaya, 21 Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I..
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PGRI dan
Dinamikanya pada Masa Reformasi
2.2 PGRI
Berjuang Meningkatkan Profesionalisme
Guru
2.3 Profesionalisme
Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu Pendidikan
2.4 Program
PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan Pendidikan
2.5 Tanggung Jawab Pgri Dalam Membangun Pendidikan YangLebih Baik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Persatuan Guru Republik Indonesia yang dikenal dengan
sebutan PGRI merupakan satu dari organisasi yang beranggotakan guru yang tidak
melihat latar belakang, agama, tingkat pendidikan, satuan pendidikan dan hal
lain. Tentunya kenapa PGRI didirikan mempunyai maksud tertentu.
PGRI sebagai organisasi perjuangan
mengemban amanat dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, menjamin, menjaga,
dan mempertahankan keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dengan membudayakan nilai-nilai luhur Pancasila.
Guru berperan dalam
mengembangkan sumber daya manusia secara dinamis dan prospektif serta mampu
menjawab dala masa mendatang. Dengan adanya Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) sebagai wadah berhimpunnnya para guru dan tenaga kependidikan lainnya
merupakan organisasi profesi, organisasi perjuangan dan organisasi
ketenagakerjaan yang membudayakan nilai-nilai Pancasila serta semangat
nilai’45, untuk menampung aspirasi para guru, membela nasib guru serta
memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.
Memasuki
era sekarang ini dengan adanya perubahan yang berlangsung cepat, terutama dalam IPTEK
serta segala dampaknya menuntut PGRI untuk terus berkembang pula sesuai
dinamikanya, hingga perlu adanya perubahan, pengembangan serta penyempurnaan
paradigma baru untuk menyongsong masa depan dan segala tantangan zaman saat
ini. Tidak terkecuali dengan perubahan atau penyempurnaan AD/ART dalam menjaga
dinamika kehidupan PGRI, sehingga semakin mampu menjawab tantangan zaman dengan
terus meningkatkan mutu serta martabat PGRI.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Memahami tentang PGRI dan Dinamikanya pada Masa Reformasi ?
1.2.2
Memahami Bagaimana PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru
?
1.2.3
Apakah Profesionalisme Guru Penentu dalam Penigkatan
Mutu Pendidikan ?
1.2.4
Apa saja Program PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan
Pendidikan ?
1.2.5
Apa saja Tanggung Jawab Pgri Dalam Membangun
Pendidikan YangLebih Baik ?
1.3. TUJUAN
Saat ini keberadaan guru memang
masih memprihatinkan yang imbasnya pendidikan juga sudah mulai menurun. Maka
pada masa yang seperti ini kontribusi pemikiran, kajian, dan diskusi tentang
persoalan pendidikan, termasuk juga PGRI sebagai organisasi guru dalam rangka
mencari solusi yang lebih baik bagi masa depan pendidikan bangsa kita. Dan
tentu apa yang menjadi masalah
harus dipikirkan oleh PGRI. Harus diakui itu juga merupakan tantangan masa
depan PGRI. Kemajuan
dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan. Pendidiakan
bukan urusan semata belaka melainkan semua pihak harus peduli, ada kesadaran
dari partisipasi dan akhirnya ada tangung jawab dari semua pihak untuk
membangun dunia pendidikan berkualitas ( Musaheri : 2007) Adapun tujuan pembahasan materi ini
adalah untuk lebih memahami dan mengerti “Dinamika PGRI pada Masa Reformasi”. PGRI dapat memperkuat, belajar dan dapat
mentranspormasikan keberadaan PGRI dan gagasan PGRI untuk masyarakat dunia
dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih baik terutama pada aspek
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PGRI dan Dinamikanya
pada Masa Reformasi
Mengawali kiprah yang ditandai adanya perubahan orde senantiasa
mewarnai iklim ditubuh PGRI. Pergantian orde dari orde baru menuju orde lama
terus berjalan ke era reformasi. Pergartian yang di tandai dengan lengsernya
orang nomor 1 di indonesia dan telah memegang kendali pemerintahan selama 32
tahun yakni presiden soeharto atas dasar demokrasi merupakan suatu wujud
ditandainya orde yang penuh demokratis yakni era reformasi
Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan
berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan tatanan baru yang lebih
baik. Era reformasi ditandai dengan runtuhnya sebuah rezim orde baru yang
otoriter. Yang dengan sifat otoriternya maka sistem pemerintahannya
sentralistik, termasuk juga dalam bidang pendidikan yang sangat memusat.
Setelah orde baru tumbang maka perubahan menjadi pilihan pembangunan bangsa.
Dan era perubahan itulah yang dikenal era reformasi. Perubahan dalam reformasi
dilakukan secara konsepsional dan konstitusional dengan strategi dan program
yang lebih efektif dalam suasana madani.
Perjuangan PGRI pada masa reformasi ini meliputi bidang
keorganisasian, kesejehteraan, ketenagakerjaan, perundang-undangan, reformasi
pendidikan nasional serta kemitraan nasional dan interbasional. Pada masa
sekarang ini masih banyak pula pihak yang memandang PGRI hanya sebagai aspek
tertentu yang sempit dalam bentuk serpihan-serpihan yang tidak terpadu dan
dilandasi oleh kepentingan tertentu sebagai akibatnya banyak berkembang
persepsi yang kurang baik terhadap PGRI dan ini sudah banyak benimbulkan
berbagai hal yang kurang menguntungkan bagi PGRI dan terutama pada anggotanya.
Seperti yang kita ketahui dalam pasal (4) Anggaran Dasar(AD) PGRI
dijelaskan bahwa PGRI merupakan organisasi nasional yang bersifat unitaristik
(mewadahi semua guru tanpa memandang ijazah, tempat bekerja, kedudukan dll)
independen (PGRI berlandaskan pada prinsip-prinsip kemandirian organisasi
dengan mengutamakan mitra kesejajaran) non politik praktis (tidak terikat/
mengikatkan diri pada kekuatan organisasi atau partai politik manapun)
kesejahteraan guru merupakan inti dari keseluruhan perjuangan PGRI.
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pendidikan nasional, PB,
PGRI ikut berperan serta secara aktif dengan memberikan masukan pada pemerintah
agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terwujud
dengan tepat sasaran. Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran
penyebab menurunnya mutu pendidikan yaitu kurikulum. Kritikan yang cukup tajam
terhadap kurikulum antara lain materinya terlalu padat, tidak sesuai dengan
kebutuhan bahkan merepotkan guru dalam menjalankan civitasnya dibidang
akademik..
Upaya reformasi pendidikan pada sistem nasional hanya akan
terwujud apabila guru mendapat tempat yang sentral dan menjadi prioritas utama.
Sehubungan dengan itu, PGRI menekankan agar masalah guru pada era reformasi
pada pendidikan nasional PGRI diharapkan mendapat perhatian dan prioritas utama
mengingat peranan guru yang fundamental. Sebab dengan demikian perbaikan dalam
dunia pendidikan akan terwujud. Persoalan pelik dalam pendidikan, yakni
persoalan mutu dengan sendirinya juga akan teratasi. Namun jika itu tidak
terpenuhi, maka keberadaan dunia pendidikan tidak akan pernah menjadi baik.
Masalah mutu, yang sekarang menjadi persoalan yang paling krusial dalam pendidikan
juga sulit untuk teratasi.
Pada era reformasi, di tubuh pgri juga mengalami perubahan yakni
dengan melakukan penyesuaian AD/ ART organisasi dan sesuai dengan tantangan dan
tuntutan reformasi yang ditandai dengan kongres ke XVIII dibandung. Selain dari
pada itu perubahan sebagai organisasi yang mampu beradaptasi dan mewujudkan
dirinya sebagai the learnig organization (organisasi pembelajar).
Itulah sekilas gambaran tentang kiprah PGRi dan dinamikanya sampai
pada era reformasi. Meski tidak bisa terdiskripsikan secara utuh, namun paling
tidak itu juga bisa memberikan kontribusi pemahaman. Sebab saat ini keberadaan
guru memang masih memprihatinkan yang imbasnya pendidikan juga sudah mulai
menurun. Maka pada masa yang seperti ini kontribusi pemikiran, kajian, dan
diskusi tentang persoalan pendidikan, termasuk juga PGRI sebagai organisasi
guru dalam rangka mencari solusi yang lebih baik bagi masa depan pendidikan
bangsa kita. Dan tentu apa yang menjadi malasah dalam dunia pendidikan seperti
dijelaskan di atas juga harus dipikirkan oleh PGRI. Harus diakui itu juga
merupakan tantangan masa depan PGRI.
1. Dasar motifasi berdirinya PGRI dan
tujuan yang ingin dicapai pada saat PGRI baru didirikan :
Ø menyatukan perpecahan diantara kelompok guru dan bersatu untuk
mengisi kemerdekaan dengan tujuan mempertahankan dan menyempurnakan RI,
mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan
serta membela hak dan nasib buruh umumnya dan guru pada khususnya.
2. Perjalanan
politik PGRI saat demokrasi terpimpin :
Ø perjalanan politik pgri saat pestra demokrasi tidaklah berjalan
seperti yang diharapkan. Politik yang tidak sehat sepertihalnya politik adu
domba kerap kali mewarnai suasana pada saat kongres IX dan kongres IX. Pada
kongres ke IX PGRI di surabaya pada tahun 1959. soebandri dkk. Meluncurkan
politik adu dombanya terutama saat pemiliah ketua umum. Meskipun pada akhirnya
politik tersebut tidak berhasil. Politik serupa juga dilanjacarkan pada kongres
ke x di gelora bungkarno jakarta 1962. ambisi untuk menduduki kursi ketua umum
PB PGRI membuat soebandri dkk menghalalkan segala cara untuk merobohkan lawan
politiknya. Politik kotor soebandri seperti membuat dan mengedarkan selebaran
yang menuding ME. Subiadinata adalah anti manipol/ pancasila. Namun politik
tersebut tidak dan ME.subiadinata terpilih untuk menjadi ketua umum PB PGRI dan
menetapkan pancasila sebagai Usdek dasar PGRI.
2.2
PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesi guru pada sat ini masih banyak diperbincangkan oleh
khalayak ramai, baik dari kalangan pakar pendidikan baik diluar pakar
pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media
massa khususnya media cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang
guru. Ironisnya banyak yang cenderaung melecehkan posisi guru.
Masyarakat/ orang tua siswa pun kadang – kadang mencemooh dan
menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya. Manakala putra
/ putrinya tidak bisa menyelesaikan persolan yang dihadapinya atau memiliki
kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya.
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan.
Memang sebagian kecil oknum guru yang menyimpang dari kode etiknya. Anehnya
lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat guru memancing reaksi yang begitu
hebat dimasyarakat. Hal ini dapt dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian
menunjukkan bahwa memang guru seyogyanya menjadi anutan dari masyarakat. Sebetulnya
berbagai permasalahan yang terjadi tidak seharus guru yang dijadikan sebagai
kambing hitamnya akan tetapi masyarakat harus mampu memandang lebih luas akan
persoalan yang terjadi.
Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab
menurunnya mutu pendidikan ialah kurikulum dan saat ini mulai diterapkan
kurikulum berbasis kompotens dan kopentsi tingkat satuan pendidikani maksudnya
kurikulum sebagai rujukan pengalaman belajar yang diarahkan bagi tercapainya
penguasan kompotensi. Dalan hal ini diperlukan sekurang-kurangnya lima pemain
yang dapat menentukan maju mundurnya mutu pendidikan. Diantarnay masyarakat
lokal, orang tua, beserta didik, Negara dan pengelola profesional pendidikan.
Denagan posisinya sebagai tenaga utama kependidikan, dipundak
gurulah peran sentral kemajuan pendidikan dipercayakan. Dengan posisinya
digarda terdepan yang bersentuhan langsung dengan peserta didik, pern dan
tanggung jawab guru sungguh fital dalam membawa peningkatan mutu pendidikan. Sebagai
pelaku utama yang berada dilini terdepan dalam proses pembelajaran, maka
didikan, bimbingan dan pelatihan yang diberikan guru kepad peserta didik
menjadi penentu dalam menghantar kesuksesan pendidikan.
Jalan utama untuk mensukseskan pendidikan adalah meningkatkan
kualitas profesionalisme guru dan hanya pada guru prfesional sebagai tenaga
profesi dalam bidang pedidikan yang dapat menjalankan tugasnya membangun mutu
pendidikan dengan lingkup tugasnya yang demikian ditengah tuntutan tugas yang
terus berkembang sejalan dinamika perkembangan iptek, dan kian kian kiatnya
harapan terhadap pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kompetensi peserta didik,
maka hanya guru yang memiliki kompeten profesional yang dapat menerjemahkan dan
mewujudkan harapan peningkatan kualitas pendidikan. Pintu kerbang untuk
melahirkn sosok guru profesional tersebut berada dipundak lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK).
Kompetensi profesional guru ditunjukkan pula oleh kemampuan guru
dalam megembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian dan
secara nyata menghasilkan karya-karya produktif sepreti penulisan bahan ajar,
termasuk menulis buku yang berkaitan dengan meteri yang diajarkan. Materi yang
dikuasai bukan hanya sekedar materi ajar yang di ajarka sekolah sesuai sabaran
dalam kurikulum sekolah, melainkan pula materi yang memayunginya. Dengan
menguasai materi yang memayunginya, maka diharapkan guru akan mampu menjelaskan
materi ajar dengan baik, dengan ilustrasi jelas dan landasan yang mapan, dan
dapat memberikan contoh yang kontekstual. Di samping itu, dikuasai pula
struktur keilmuan dari bidang keahliannya.
Dengan meningkatkan dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru
akan memilki dampak positif terhadap kinerja dan prestasi guru. Pada akhirnya
juga akan berdampak pada peningkatkan kualitas sebagai kontribusinya dalam
kegiatan pembangunan bangsa. Prestasi kerja guru ini sangat penting karena
merupakan wujud dari harkat dan martabat guru yang mulia dalam mengabdi pada
kemanusiaan dan kesetiaan pada bangasa dan Negara.
Selain itu mimang harus diakui bahwa dalam proses membangun sebuah
bangsa kontribusi pemikiran menjadi modal utama. Makanya pembangunan SDM
menjadi hal penting dalam proses tersebut. Dan dalam melakukan hal tersebut
kegiatan yang terorganisir menjadi penting dilakukan dalam mempermudah
menjcapai apa yang dinginkan. Termasuk oleh seorang guru, sabagai salah satu pilar
penting dalam pendidikan.
Dalam proses tersebut PGRI-lah sebagai salah satu organisasi guru
yang tepat untuk menjadi media dalam melakukan proses. Sebab peningkatan
profesionalisme guru juga merupakan cita-cita luhur yang juga diperjuangkan
oleh PGRI. Melalui program dan aktifitas lainnya yang telah diorganisir dengan
rapi PGRI menjadi salah satu organisasi yang akan tetap mengawal lahirnya
guru-guru profesional. Sederhananya PGRI merupakan organisasi yang berjuang
dalam meningkatkan profesionalisme guru, selain dari memperjungkan
kesejahteraan guru.
PGRI sebagai organisasi guru dan tenaga pendidikan lainnya masih
dihadapkan sejumlah tantangan kebuttuhan dengan segala potensi dan kekurangan
yang dimiliki PGRI. Dalam mengahadapi berbagai tantangan dan tuntutan pgri
dituntut untuk terus berjuan dan berjuang untuk kepentingan guru dan tenaga
kepentingan lainnya.
Selagi ada keinginan PGRI untuk maju dan berkembang seta
berkesinambungan secara fungsional dalam perjuangannya dalam mensolidasikan
diri guna memperkuat bangunan sistem pendidikan diera otonomi daerah maka
perjuangan belum berakhir
Dan juga kuatnya peran birokrasi pendidikan yang seringkali dalam
memberikan pelayanan masih belum memuaskan sesuai dengan harapan khususnya yang
mengyangkut hak guru, dengan ini segenap elemen PGRI dituntut untuk berjuang
secara optimal.
Maka dari pada itu sebelum tugu pendidikan di bangun secara kokoh,
PGRI berada di barisan terdepan dalam menegakkan tongkat pendidikan tsb hingga
titik darah penghabisan. Perjuangan PGRI dalam mengembangkan dan menginkatkan
dunia pendidikan akan sukses
bila sesuai dengan prinsip perjuana dan didukung strategi yang
tepat. Perjuangan PGRI dalam meningkatkan dan mengembangkan dunia pendidikan
tidak boleh terlepas dari prinsip perjuangan PGRI dimana dalam prinsip PGRI
harus:
Ø memiliki kemurinian perjuangan artinya seluruh anggota dan
pengurus PGRI dalam menjalankan kiprahnya harus bersungguh – sungguh dan
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan berjdasarkan ketentua AD/ ART
serta program kerja PGRI yang telah ditetapkan melalui kongres, konferda, kongkerda,
konfercab dan kongkercab.
Ø Segenap pengurus PGRI harus mengedepankan kepentingan organisasi
dan kepentingan anggotanya sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan sehinga
kesuksesan dalam perjuangan mudah diraih
Ø Segenap pengurus harus mengedepankan nilai – nilai solidaritas
dlam setiakawan, kompak, dan harmonis serta melakukan sharing secara sinergis
bersama elemen masyarakat dalam memecahkan persoalan terutama persoalan
pendidikan.
Tidak hanya sesuai dengan prinsip perjuangan saja akan tetapi juga
perlu mengambil langkah – langkah strategis dalam perjuangannya. Seperti halnya
intensifikasi silaturrahmi, optimalisasi kemitraan, aktualisasi program kerja
dan transparansi manajemen. Perjuangan PGRI tidak akan sukses bila sudah tidak
sesuai dengan prinsip dan didukung oleh strategi yang tepat dan tidak akan
berjalan maksimal jika hal itu semua tidak dilakukan secara totalitas.
Lintasan perjuangan PGRI yang paling terkesan yang memberi dampak
besar pada kesejahteraan guru yaitu perjuangan pada bidang formasi pendidikan
nasional dimana PB-PGRI ikut berperan aktif dengan memberitakan masukan kepada
pemerintah agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan
dapat terwujud dengan tepat sasaran. Contoh: adanya pendekatan BBE( pendidikan
berbasis luas) yang tujuannya menyelamatkan nasional sebagai soko guru
pembangun bangsa. Educational International (EI) merupakan oranisasi guru
internasional yang diikuti oleh 304 organisasi guru yang terdiri dari 155
negara dan mempunyai 24 juta anggota.
Mengingat betapa besarnya organisasi tersebut merupakan sebuah
modal awal bagi PGRI untuk memperluas akses serta dukungan. Jadi PGRI tidak
hanya mendapat dukungan dari tingkat nasional akan tetapi juga internasional
sehingga PGRI tidak hanya dikatakan besar dinegaranya saja akan tetapi juga
bisa berkecipung dan besar di tingkat internasional. Sebagai wahana untuk
mengukur tingka kompetensi PGRI dikancah internasional dan mampu bersaing
dengan negara negara lainnya. Sebagai akses informasi yang terjadi dalam dunia
pendidikan internasional sehingga penididkan nasional ita tidak kalah bersaing dengan
negara – negara lainnya
Keuntungan lainnya yang diperoleh dengan masuknya PGRI dalam
Education internasional (EI) yaitu: PB PGRI duduk dalam kepengerusan EI untuk
kawasan Asia. (Fasifik) ketua umum PB PGRI mendapat kehormatan untuk menjadi
salah seorang pembicara dalam beberapa konferensi internasional dan kerjasama
bilateral telah terbina dengan STU dll.
2.3 Profesionalisme
Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu Pendidikan
Teringat akan perkataan bijak akan guru menyatakan bahwa “ guru
merupakan panutan dan sebagai sumber ilmu bagi muridnya sampai kapanpun posisi/
peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih”. Cukup
terbukti penyataan tersebut bahwa Sampai hari ini masih diyakini bahwa salah
satu pilar penting dalam membangun sebuah bangsa yang berkeadaban adalah
pendidikan. Dengan pendidikan yang baik, sebuah bangsa juga akan bisa menjadi
baik. Dan sebaliknya apabila pendidikan dalam suatu bangsa berada dalam keadaan
yang memperihatinkan (tidak baik/terpuruk), maka itu juga akan menjadi awal
kehancuran bangsa tersebut.
Bicara pendidikan dan kemajuannya maka banyak hal yang akan
mempengaruhi, mulai dari kebijakan pemerintah, fasilitas yang digunakan dan
juga guru sebagai unsur terpenting dalam pendidikan. Dari beberapa komponen
tersebut guru memiliki peranan sangat penting dalam mensukseskan pendidikan.
Sebab guru merupakan unsur yang paling banyak berinteraksi dengan anak didik
baik dalam proses pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sehingga dengan
demikian keberadaannya akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan anak didik.
Ia (Guru) menjadi ujung tombak dalam menentukan keberadaan anak didik.
Sebagai ujung tombak yang akan menentukan hitam putihnya dimensi
pendidikan kedepan, maka guru harus benar-benar menyadari bahwa dipundaknyalah
masa depan anak didik, masa depan pendidikan dan masa depan bangsa berada.
Sehingga dengan kesadaran tersebut maka ia akan memahami apa yang harus
dilakukan untuk memberikan yang terbaik dalam proses pendidikan.
Untuk memantapkan peranannya dan untuk bisa memberikan yang
terbaik bagi pendidikan, maka kualitas atau profesionalisme guru menjadi
prasayarat utama untuk diperhatikan. Dengan profesionalisme seorang guru akan
mampu mangangkat pendidikan kita dari keterpurukan. Sehingga profesionalisme
menjadi modal yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jika
tidak, maka ia (guru) tidak akan bisa bebuat apa-apa bagi pendidikan. Atau
bahkan malah keberadaanya menjadi beban terhadap proses pembangunan bangsa.
Profesionalisme guru dibutuhkan dalam tiap proses pendidikan,
utamanya dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, profesionalisme
menjadi modal yang utama. Ketika guru tidak profesional, maka jelas tidak akan
mampu melakukan proses pembelajaran dengan efektif. Jika proses pembelajaran
tidak efektif maka itu juga akan sangat berpengaruh terhadap capaian
pendidikan.
Dalam proses pembelajaran profesionalisme yang harus dimiliki oleh
seorang guru minimal yang pertama, penguasaan terhadap disiplin ilmu yang
menjadi pegangannya. Penguasaan terhadap materi dan tidak hanya terpaku pada
materi yang ada dalam buku-buku yang sudah biasa atau sering disebut dengan
buku paket akan sangat menentukan terhadap proses pembelajaran. Dan ketika guru
tidak paham secara utuh terhadap disiplin ilmu yang diajarakan, maka jelas akan
kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran. Itulah yang akan menjadi awal
kegagalan guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
Kedua, Selain menguasai terhadap disiplin ilmu yang diajarkan,
seorang guru juga harus kaya dalam hal metoda pembelajaran. Kemampuan pemahaman
keilmuan yang tidak diiringi dengan kekayaan metode juga akan mengalami
kegagalan dalam proses pembelajaran. Sebab dengan demikian pesan atau nilai
yang akan disampaikan terhadap anak didik ketika tidak menggunakan metode yang
pas maka akan sulit untuk dipahami. Dengan sendirinya pemahaman yang mantap
tanpa metode yang pas juga akan sia-sia. Anak didik juga tidak bisa menerima
apa-apa dari gurunya.
Dalam hal metode, disinilah seorang guru dituntut untuk
betul-betul kreatif agar bisa menemukan metode yang bisa digunakan mengajar
dengan baik. Guru paling tidak terlebih dahulu dituntut untuk bisa memahami
keadaan anak didik. Sebab pemahaman terhadap keberadaan anak didik akan menjadi
awal untuk bisa menemukan metode yang pas dan dengan demikian pada akhirnya
mutu pendidikan akan dapat diperbaiki.
1. Kiprah PGRI terhadap perkembangan profesionalisme guru :
1. Kiprah PGRI terhadap perkembangan profesionalisme guru :
PGRI adalah organiasi profesi yang mengabi dibidang pendidikan.
Bertekad melanjutkan reformasi menata pendidikan melalui penyelengaraan otonomi
pendidikan bermutu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dimasa depat
dapat maju dan berkembang.
Berkenaan dengan pengikatan sumber daya manusia. Tentunya PGRI
dalam kiprahnya memberikan pemberdayaan terhadap guru sehingga menjadi guru
profesional. PGRI sebagai organisasi profesi bertugas membina seta mngembangkan
sikap prilaku dan keahlian agar para guru anggota PGRI khususnya mampu
melakukan tugasnya dengan baik dan penh tanggung jawab seta dapat diandalkan oleh
pemerintah dan masyarakat.
Melalui seminar dan pembinaan serta pelatihan yang intensif dan
berkesinambungan terhadap guru dalam upaya memiliki dan menguasai 4 kompetensi
guru sehingga dapat meningkatkan pofesionalismenya sebagai guru menjadi angenda
utama PGRI dalam menyongsong pembangunan nasional karena bagaimanapun juga,
guru merupakan ujung tombak dan pilar utama keberhasilan pendidian..
Peran PGRI dalam mensukseskan pelaksanaan sertifikasi guru
marupakan strategi PGRI yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya yang
berdasarkan kwalifikasi dan kompetensi guru dan pembinaan untk menjaga dan
meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas sebagai
tenaga profesional
setuju, karena profesionalisme dan kesejahteraan saling menunjang sebab pemberian kesejahtaraan, seperti penghargaan dan sertifikasi dapat meningkatkan kinerja peran guru agar lebih profesional, dan menjlankan kiprahnya secara tanggung jaewab serta meningkatkan harkat dan martabat guru sebagi tenaga pendidik. Disamping itu, adanya kesejahteraaan yang diberikan akan lebih memicu semangat dari para guru untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik. Oleh karena itu kesejahtaeraan seorang guru sangat berperan threaded keprofesionalan guru tersebut, meskipun disisi lain masih kite temui guru yang tidak mengharap adanya hal itu (tunjangan), dan ini bisa kite lihat masih adanya guru-guru agama/ngaji yang terus melaksanakan tugasnya tanpa mamperhatikan gaji atau tunjangan yang lainya.
setuju, karena profesionalisme dan kesejahteraan saling menunjang sebab pemberian kesejahtaraan, seperti penghargaan dan sertifikasi dapat meningkatkan kinerja peran guru agar lebih profesional, dan menjlankan kiprahnya secara tanggung jaewab serta meningkatkan harkat dan martabat guru sebagi tenaga pendidik. Disamping itu, adanya kesejahteraaan yang diberikan akan lebih memicu semangat dari para guru untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik. Oleh karena itu kesejahtaeraan seorang guru sangat berperan threaded keprofesionalan guru tersebut, meskipun disisi lain masih kite temui guru yang tidak mengharap adanya hal itu (tunjangan), dan ini bisa kite lihat masih adanya guru-guru agama/ngaji yang terus melaksanakan tugasnya tanpa mamperhatikan gaji atau tunjangan yang lainya.
2.4 Program PGRI untuk Meningkatkan
Pemerataan Pendidikan
Evaluasi yang dilakukan dalam menyusun progaram kerja suatu hal
yang lazim dalam sebuah organisasi begitu juga PGRI sebagai organisasi yang
eksis dibidang pendidikan. Dal ini dilakukan untuk bagaimana roda organisasi
diarahkan. Sehingga dari hasil evaluasi tersebut nantinya dapat melahirkan
program kerja efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
menjawab problema yang muncul pada saat ini dan masa yang akan datang.
Problem besar bangsa kita hari ini masih pada persoalan rendahnya
mutu pendidikan. Pendidikan yang diakui menjadi modal paling penting dalam
membangun sebuah bangsa masih tidak bisa diandalkan. Samapai hari ini yang
namanya mutu pendidikan kita masih jauh dari harapan. Belum lagi masih
banyaknya angka putus sekolah dan banyaknya masyarakat yang mimang tidak pernah
mengenyam pendidikan.
Pemerataan pendidikan sampai pelosok desa juga bisa berjalan
dengan maksimal. Pemerintah dengan program Wajar Dikdas juga belum bisa
terealisasi dengan sebagaimana mestinya. Ini masih bisa dilihat dari masih
banyaknya angka putus sekolah, masih menumpuknya masyarakat yang belum
mengenyam pendidikan. Dan kebanyakan dari mereka problemnya sama, yakni
persoalan biaya pendidikan yang masih sulit untuk bisa dijangkau. Meski
sekarang ada dana BOS tapi masih ada saja biaya-biaya lain yang sering dipungut
pihak sekolah, sehingga masyarakat miskin tetap tidak bisa mengeyam pendidikan
yang menjadi haknya.
Inilah yang menjadi problem bersama ditingkatan masyarkat miskin
dalam persoalan pendidikan. Yakni tidak terjangkaunya biaya pendidikan. Belum
lagi keluaran dari lembaga pendidikan yang juga masih banyak tidak bisa berbuat
apa-apa, mereka hanya bisa menjadi pelengkap penderita dalam masyarakat.
Sehingga masyarakat juga tambah apatis untuk menyekolahkan anaknya pada
lemabaga pendidikan formal. Makanya sampai hari ini yang namanya pemerataan
pendidikan hanya tinggal namanya. Namun masyarakat tetap banyak yang belum kesampaian
hal tersebut.
Melihat persoalan tersebut yang sebenarnya itu merupakan
tanggungjawab pemerintah yang paling besar untuk mangatasinya. Namun ketika
meluhat pemerintah yang sekarang juga masih belum serius, maka sebenarya ini
harus ada kepedulian dari semua elemen. Sebab mimang harus disadarai secara
hakikat persoalan pendidikan juga menjadi persoalan semua masyarakat Indonesia.
Dalam konteks PGRI, juga sudah banyak hal yang dilakukan dalam
upaya pemerataan pendidikan. PRGI dengan semua lembaga pendidikan yang
dinaunginya itu juga merupakan satu bukti konkrit peran sertanya dalam
pemerataan pendidikan.
Selain lembaga pendidikan yang ada, PGRI juga berperan dalam
memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Sebab persoalan pemerataan bukan
semata-mata pada persoalan tersedianya lembaga pendidikan. Namun ada masalah
lain selain hal tersebut. Yakni persoalan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan.
Sekarang masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa pendidikan
bukan hal yang penting bagi kehidupan. Asumsi ini lahir dikarenakan banyak
orang yang berpendidikan masih menganggur. Artinya alumni lembaga pendidikan
masih belum bisa berbuat apa-apa ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk melakukan perubahan pada kehidupan
masyarakat.
PGRI sebagai organisasi guru, harus melakukan upaya dalam rangka
membangun kesadaran bagi masyarakat. Sosialisasi pentingnya pendidikan menjadi
hal yang seringkali dilakukan dalam rangka membangun kesadaran masyarakat. PGRI
tidak hanya menghimpun guru, tapi juga menghimpun masyarakat untuk sadar akan
peran penting pendidikan dalam kehidupan. Dengan seperti itulah pemerataan
pendidikan akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dan pada akhirnya jika
hal tersebut tercapai, maka apa yang menjadi cita-cita luhur bangsa kita juga
akan tercapai.
1.
Dengan memiliki jumlah
anggota yang banyak yang terdiri dari tingkat pusat hingga tingkat sampai ke
daerah – daerah terpencil, sruktur organisasi yang merata diseluruh wilayah
sampai kedesa – desa, semangat juang dan pengalaman yang tinggi, tempat
pengabdian dari kabupaten sampai desa, pengakuan atas eksistensi yang cukup
tinggi dari masyarakat dan pemerintah menjadikan ini semua sebagai kekuatan
PGRI. Dengan
kekutan tersebut PGRI dapat memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap guru –
guru baik guru yang berada dikota maupun di desa atau daerah terpencil sehingga
pemerataan kemampuan guru dapat teripta dari tingkat pusat sampai daerah –
daerah jika kemampuan guru merata di seluruh tingkatan akan memungkinkan untuk
pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi peningkatan di dunia
pendidikan, memberikan sosialisasi mengenai kebijakan – kebijakan dari pusat
kepada daerah sebagai landasan untuk mengawal jalannya pendidikan nasional.
Membantu anggota atau pun masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya terutama
dalam bidang pendidikan sebagai bahan evaluasi pemerintah dalam tahun – tahun
berikutnya, memupukkan semangat juang yang tinggi serta rasa tanggung jawab dan
kredibilitas yang tinggi dalam eksistensinya memberikan pemberdayaan terhadap
masyarakat dengan melakukan sharing bersama seluruh elemen masyarakat sehingga
tercipta gagasan – gagasan serta ide – ide yang cemerlang. Selain hal
berkenaan diatas secara garis besarnya cara menggunakan kekuatan untuk
meningkakan mutu pendidikan yaitu menggunakan kekuatan tersebut secra tepat
guna misalnya meningkatkan mutu dan relevan dan pendidikan pada lembaga
pendidikan baik umum maupaun pendidikan keagamaan mulai pendidikan persekolahan
sempai dengan pendidikan lanjutan , mengembangkan kursus keterampilan
meningkakan motivasi belajar siswa agar menjadi siswa yang berprestasi dalam
segala hal dan semuanya tidak luput dari kerja sungguh –sungguh dalam
melaksanakannnya.
2.
PGRI memiliki kelemahan ,
cara mengurangi kelemahan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu harus
meningkaan kerja dari organisasi dan anggota PGRI , PGRI harus berusaha mencari
tambahan dana agar kegiatan yang di laksanakan terlaksana sesuai dengan yang di
inginkan , PGRI harus lebih realistis dalam menghadapi masalah yang
bersangkutan dengn pendidikan ( kurangnya para pemikir dari anggota PGRI).
3.
PGRI memiliki peluang cara
merebut peluang dan cara memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan mutu
pendidikan yaitu : harus bisa menempatkan diri dan ikut berperan aktif dalam
organisasi PGRI sehingga kita dapat dengan mudah mengambil peluang yang
terdapat dalam organisasi tersebut. Misalnya, menangani masalah pendidikan,
dimana pada zaman saat ini masih banyak anak yang putus sekolah , padahal
meraka sangat membutuhkan didikan dan ilmu dari bangku sekolah, yang dapat
memberikan inspirasi dan gambaran tentang apa dan bagaimana kita menghadapi
masa depan yang dapat menunjang kehidupan kita kelak
4.
PGRI memiliki ancaman, cara
menghadapi ancaman untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu :
Ø
PGRI harus lebih tegas dalam
mengambil keputusan dan dapat dipertanggung jawabkan
Ø
Meningkatkan solidaritas
bersama,
Ø
Mencegah adanya paham-paham
baru yang dapat merusak kinerja PGRI
2.5 TANGGUNG JAWAB PGRI
DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG LEBIH BAIK
Setiap manusia diberikan sebuah hak dan kewajiban dalam mengarungi
hidupnya. Begitu juga dengan tanggung jawabnya, dimana setiap tanggung jawabnya
dalam beraktivitas perlu dipertanggung jawabkan sebagai bentuk bahwa manusia
tersebut adalah manusia yang bertanggung jawab.
Dalam perjalanaannya Persatuan Guru Repuoblik Indonesia (PGRI) merupakan
organisasi tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan yang
lainnya. Dengan berpegang teguh kepada pancasila dan mengabdi dibidang
pendidikan dan berupaya menata pendidikan yang lebih baik agar dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan dan perkembangan.
Organisasi PGRI sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana
pendidikan sendiri merupakan bantuan atau pertolonganyang diberikan seorang
kepada orang lain secara usaha sadar dan terencana guna menciptakan suasana
belajar dan proses pembelajran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk meningkatkan kemampuan dan
menuju taraf kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang berbasis luas, seperti
diketahui konsep yang ada di BBE pada awalnya menunjukkan pada pendidikan yang
memberi landasan yang kuat pada pengetahuan dasar atau ilmu-ilmu yang
mendasarinya.
Para guru hanya membekali para siswa dengan kemampuan tertentu
yang spesifik. Pada awalnya, peserta didik tidak cukup hanya dengan belajar
untuk menguadsai kemampuan atau keterampilan tertentu, melainkan mereka
dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu yang lain yang relevan yang melandasi atau
menunjang pembangunan pendidikan yang ada dengan pemikiran yang cemerlang.
Landasan ilmu-ilmu tersebut berupa ilmu pengetahuan dasar, ilmu umum atau
liberal arts education.
Sejak tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi peserta didik
harus mempelajari berbagai jenis mata pelajaran atau disiplin ilmu dengan tujuan
agar mereka memiliki landasan yang cukup nguna belajar alebih lanjut dengan
memiliki berbagai keahlian yang sesuai denagn dirinya. Sehingga peserta didik
tidak hanya dilatih untuk menguasai keahlian atau keterampilan tertentu,
melainkan mere biasa dibekali berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini PGRI marupakan suatu wadah guru harus mempunyai rasa
tanggung jawab dalam menjalankan kemajuan pendidikan dlam membangun tatanan
baru dunia pendidikan yang lebih baik dan melaksanakan berbagai basis
pendidikan demi memajukan pendidikan. Tanggung jawab PGRI adalah suatu
kesediaan dan kemampuan anggota PGRI dalam organisasi untuk menanggung segala
akibat dari perbuatan yang mereka lakukan serta harus mempunayi kesediaan dlam
membangun tatanan dunia baru pendidikan yang lebih baik.
Agar kualitas pendidikan lebih baik PGRI selaku organisasi yang
bergerak dalam dunia pendidikan harus ikut bertanggung jawab dengan cara ikut
serta secara aktif dan konsrtuktif dalam menjalankan tugas keprofesionalan,
dalam hal ini guru sebagai anggota terdepan organisasi harus dapat memahami hak
dan kewajiban sebagai pendidik dengan berbagai upaya dan strategi yang
dilakukan sebagai organisasi profesi. Tanggung jawab PGRI dalam memajukan
pandidikan dapat juga dilihat dari usaha PGRI dalam mencari mitra sebanyak
mungkin dan mencari dukungan dari luar negri seperti halnya PGRI membangun
mitra secara internasional melalui education international (EI). Pada era
otonomi daerah PGRI juga terus mengikuti dan menyikapi berbagai permasalahan dan
tantangan sesuai dengan tuntutan otonomi daerah demi memajukan tatanan
pendidikan yang lebih baik.
PGRI juga bertanggung jawab dalam pembentukan guru yang
profesional yang disertai empat kompetensi yakni kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan kompetensi kamahiran (profesional) sehingga guru dapat
memberikan bahan ajaran yang berkualitas dan dapat diterima oleh peserta didik
serta guru dapat memahami karakteristik sehingga lebih mudah dalam menyampaikan
meteri pelajaran.
Di era
reformasi, menurut surya (2003), PGRI sekurang –kurangnya menghadapi tiga
lingkup tantangan yakni: tantangan global, tantangan nasional dan tantangan
organisasional menjawab tantangan
global menjawab tantangan global tidaklah seperti membalikkan kedua belah
tangan atau mengedipkan mata. Karena sifatnya yang global jadi ruang lingkupnya
sedikit lebih luas. Untuk menjawab tantangan global ini maka PGRI dengan
meningkatkan muttu dan kualitas sumber daya manusia (baca : anggota) yang
bermutu dan profesional yang mampu mengatasi berbagai tantangan dan memenuhi
kebutuhan.
Kerja tim (team work) yang kompak. Paling tidak dengan kesinegian
dan kekompakan yang terjadi di seluruh pengurus dan serta anggota paling tidak
mengkokohkan rasa persatuan dan persatuan dan mengurangi beban dalam menghadapi
tantangan sehingga tidak terkesan tercerai berai yang mana nantinya akan
membuat rapuh organisasi selevel PGRI.
Sumberdaya yang mengusai IPTEK, iptek wajib hukumnya bagi setiap
anggota PGRI untuk dikuasai hal ini di tekan kan agar setiap anggota maupun
pengurus pgri tidak ketingalan pengetahuan dengan negara – negara lain dan
mampu berkompetensi dengan negara lain. Dengan menguasai iptek kita dapat
mengurangi dampak arus globalisasi.
Membangun
keterbukaan di PGRI dalam menyikapi perkembangan yang terus berlangsung yakni
dengan terbuka untuk kesempatan berpartisipasi, membuka seluas-luasnya
perbedaan perspektif tentang isu, penyelesaian konflik secara terbuka dan
transparan, keterbukaan trhadap pandangan dan refleksi dalam mengemukakan
fikiran dan perasaan serta keterbukaan threaded kesalahan agar dapat
berperilaku dan belajar dari kesalahan yang lalu.
Kiprah PGRI di ere otonomi pendidikan PGRI harus melakukan adapatasi
dalam aspek kultural (penyusuaian struktur organisasi dengan otonomi) aspek
kultur (PGRI harus lebih demokratis dan terbuka) aspek substansi (PGRI berusaha
untuk mampu mengakomudasi berbagai aspirasi anggota sesuai dengan kondisi
daerah masing-masing) dan aspek sumber daya manusia PGRI harus mampu memnerikan
sumbangan threaded pelaksanaan otonomi yang berada dalam persatuan dan kesatuan
bangsa.
PGRI membangun kerja sama internasional terhadap perkembangan
global yakni PGRI bekerja sama membangun kemitraan internasional terutama
melalui edicational international (EI) karena PGRI dapat memperkuat, belajar
dan dapat mentranspormasikan keberadaan PGRI dan gagasan PGRI untuk masyarakat
dunia dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih baik terutama pada aspek
pendidikan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Dari Uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa:
1. Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang
ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan tatanan
baru yang lebih baik. Sedangkan pada saat ini, tuntutan profesionalisme
bagi guru-guru di abad 21 menjadi
satu hal yang sangat mutlak Guru harus peka terhadap
perkembangan media, informasi dan segala berita yang terjadi pada dunia
pendidikan. Hal ini untuk memudahkan seorang guru menjagi guru yang ideal dan
terdepan dalam mengatasi masalah-masalah guru dan pendidikan. PGRI adalah salah
satu organisasi profesi yang mewadahi kegiatan guru.
2. PGRI memberikan peranan penting dalam dunia pendidikan
dalan Meningkatkan Profesionalisme Guru sehingga dapat menghasilkan
generasi-generasi anak bangsa yang berkualitas serta
3. PGRI berperan penting dalam pemerataan guru ke seluruh
pelosok negeri untuk memberikan pendidikan yang layak dan berkualitas di daerah
pelosok.
SARAN :
Era reformasi merupakan suatu kurun
waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan
tatanan baru yang lebih baik. Sedangkan pada saat ini,
tuntutan profesionalisme bagi guru-gurumenjadi satu hal
yang sangat mutlak dibutuhkan. Guru harus peka
terhadap perkembangan media, informasi dan segala berita yang terjadi pada
dunia pendidikan. Hal ini untuk memudahkan seorang guru menjagi guru yang ideal
dan terdepan dalam mengatasi masalah-masalah guru dan pendidikan. PGRI sebagai
salah satu organisasi profesi yang mewadahi kegiatan guru, tentunya harus
memikirkan segala masalah dalam dunia pendidikan seperti yang dijelaskan
diatas. Harus diakui itu juga merupakan tantangan masa depan bagi PGRI.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono.
2002. Menebus Pendidikan yang Tergadai. Yogyakarta: Kanisus
Musaheri.
2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press
Muyasa.
2006. Managemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryasubroto.
1997. Proses Belajat Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Kementerian
Pendidikan Nasional.(2010)
Buku
Saku Statistik Pendidikan 2009/2009.
Jakarta: Balitbang Kemdiknas.
Surya
Dharma (2012) Tantangan, Kebijakan dan Program
Menuju Guru Profesional. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Paparan
Seminar.
Syah, Muhibbin.
(2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh.
Uzer. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wirawan.
(2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan
Bangun Indonesia & UHAMKA Press.
Yutmini, Sri.
(1992). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.