Kamis, 22 Maret 2018


CONTOH
MAKALAH
“DINAMIKA PGRI PADA MASA REFORMASI”

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ke-PGRI-an yang berjudul “Dinamika PGRI dalam masa reformasi”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing, mengajarakan, serta yang telah memberikan tugas membuat makalah kepada kami, dan mendukung kami sehingga terselesaikan tugas makalah mata kuliah Ke-PGRI-an yang berjudul “Dinamika PGRI dalam masa reformasi” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikanlah makalah ini.
Seperti kata pepatah ‘’Tiada gading yang tak retak’’, demikian pula dengan makalah ini, tentu masih banyak kekurangan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis maupun secara lisan, khususnya kepada Para Dosen pengampu mata kuliah Ke-PGRI-an agar kami bisa mengembangkan ilmu pengetahuan kami, khususnya memahami tentang mata kuliah Ke-PGRI-an. Hingga akhirnya kami mampu mempersiapkan diri dengan pengetahuannya  kelak menjadi bagian dari organisasi PGRI yang bermutu sehingga ke depan dapat menjadi koreksi untuk kemajuan dan lebih baik demi penyempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

                                                                               Surabaya, 21 Maret 2018
                                                                                                         Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I..
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
1.2    Rumusan Masalah 
1.3    Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PGRI dan Dinamikanya pada Masa Reformasi
2.2 PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru
2.3 Profesionalisme Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu Pendidikan
2.4 Program PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan Pendidikan  
2.5 Tanggung Jawab Pgri Dalam Membangun Pendidikan YangLebih Baik

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA 




BAB I
PENDAHULUAN
Persatuan Guru Republik Indonesia yang dikenal dengan sebutan PGRI merupakan satu dari organisasi yang beranggotakan guru yang tidak melihat latar belakang, agama, tingkat pendidikan, satuan pendidikan dan hal lain. Tentunya kenapa PGRI didirikan mempunyai maksud tertentu.
PGRI sebagai organisasi perjuangan mengemban amanat dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, menjamin, menjaga, dan mempertahankan  keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan membudayakan nilai-nilai luhur Pancasila.
            Guru berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia secara dinamis dan prospektif serta mampu menjawab dala masa mendatang. Dengan adanya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai wadah berhimpunnnya para guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan organisasi profesi, organisasi perjuangan dan organisasi ketenagakerjaan yang membudayakan nilai-nilai Pancasila serta semangat nilai’45, untuk menampung aspirasi para guru, membela nasib guru serta memperjuangkan  kesejahteraan anggotanya.
            Memasuki era sekarang ini dengan adanya perubahan yang berlangsung cepat, terutama dalam  IPTEK serta segala dampaknya menuntut PGRI untuk terus berkembang pula sesuai dinamikanya, hingga perlu adanya perubahan, pengembangan serta penyempurnaan paradigma baru untuk menyongsong masa depan dan segala tantangan zaman saat ini. Tidak terkecuali dengan perubahan atau penyempurnaan AD/ART dalam menjaga dinamika kehidupan PGRI, sehingga semakin mampu menjawab tantangan zaman dengan terus meningkatkan mutu serta martabat PGRI.

1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Memahami tentang PGRI dan Dinamikanya pada Masa Reformasi ?
1.2.2 Memahami Bagaimana PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru ?
1.2.3 Apakah Profesionalisme Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu Pendidikan  ?
1.2.4 Apa saja Program PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan Pendidikan ?
1.2.5 Apa saja Tanggung Jawab Pgri Dalam Membangun Pendidikan YangLebih Baik ?
1.3. TUJUAN
Saat ini keberadaan guru memang masih memprihatinkan yang imbasnya pendidikan juga sudah mulai menurun. Maka pada masa yang seperti ini kontribusi pemikiran, kajian, dan diskusi tentang persoalan pendidikan, termasuk juga PGRI sebagai organisasi guru dalam rangka mencari solusi yang lebih baik bagi masa depan pendidikan bangsa kita. Dan tentu apa yang menjadi masalah harus dipikirkan oleh PGRI. Harus diakui itu juga merupakan tantangan masa depan PGRI. Kemajuan dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan. Pendidiakan bukan urusan semata belaka melainkan semua pihak harus peduli, ada kesadaran dari partisipasi dan akhirnya ada tangung jawab dari semua pihak untuk membangun dunia pendidikan berkualitas ( Musaheri : 2007) Adapun tujuan pembahasan materi ini adalah untuk lebih memahami dan mengerti “Dinamika PGRI pada Masa Reformasi”. PGRI dapat memperkuat, belajar dan dapat mentranspormasikan keberadaan PGRI dan gagasan PGRI untuk masyarakat dunia dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih baik terutama pada aspek pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PGRI dan Dinamikanya pada Masa Reformasi
Mengawali kiprah yang ditandai adanya perubahan orde senantiasa mewarnai iklim ditubuh PGRI. Pergantian orde dari orde baru menuju orde lama terus berjalan ke era reformasi. Pergartian yang di tandai dengan lengsernya orang nomor 1 di indonesia dan telah memegang kendali pemerintahan selama 32 tahun yakni presiden soeharto atas dasar demokrasi merupakan suatu wujud ditandainya orde yang penuh demokratis yakni era reformasi
Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan tatanan baru yang lebih baik. Era reformasi ditandai dengan runtuhnya sebuah rezim orde baru yang otoriter. Yang dengan sifat otoriternya maka sistem pemerintahannya sentralistik, termasuk juga dalam bidang pendidikan yang sangat memusat. Setelah orde baru tumbang maka perubahan menjadi pilihan pembangunan bangsa. Dan era perubahan itulah yang dikenal era reformasi. Perubahan dalam reformasi dilakukan secara konsepsional dan konstitusional dengan strategi dan program yang lebih efektif dalam suasana madani.
Perjuangan PGRI pada masa reformasi ini meliputi bidang keorganisasian, kesejehteraan, ketenagakerjaan, perundang-undangan, reformasi pendidikan nasional serta kemitraan nasional dan interbasional. Pada masa sekarang ini masih banyak pula pihak yang memandang PGRI hanya sebagai aspek tertentu yang sempit dalam bentuk serpihan-serpihan yang tidak terpadu dan dilandasi oleh kepentingan tertentu sebagai akibatnya banyak berkembang persepsi yang kurang baik terhadap PGRI dan ini sudah banyak benimbulkan berbagai hal yang kurang menguntungkan bagi PGRI dan terutama pada anggotanya.
Seperti yang kita ketahui dalam pasal (4) Anggaran Dasar(AD) PGRI dijelaskan bahwa PGRI merupakan organisasi nasional yang bersifat unitaristik (mewadahi semua guru tanpa memandang ijazah, tempat bekerja, kedudukan dll) independen (PGRI berlandaskan pada prinsip-prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan mitra kesejajaran) non politik praktis (tidak terikat/ mengikatkan diri pada kekuatan organisasi atau partai politik manapun) kesejahteraan guru merupakan inti dari keseluruhan perjuangan PGRI.
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pendidikan nasional, PB, PGRI ikut berperan serta secara aktif dengan memberikan masukan pada pemerintah agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terwujud dengan tepat sasaran. Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab menurunnya mutu pendidikan yaitu kurikulum. Kritikan yang cukup tajam terhadap kurikulum antara lain materinya terlalu padat, tidak sesuai dengan kebutuhan bahkan merepotkan guru dalam menjalankan civitasnya dibidang akademik..
Upaya reformasi pendidikan pada sistem nasional hanya akan terwujud apabila guru mendapat tempat yang sentral dan menjadi prioritas utama. Sehubungan dengan itu, PGRI menekankan agar masalah guru pada era reformasi pada pendidikan nasional PGRI diharapkan mendapat perhatian dan prioritas utama mengingat peranan guru yang fundamental. Sebab dengan demikian perbaikan dalam dunia pendidikan akan terwujud. Persoalan pelik dalam pendidikan, yakni persoalan mutu dengan sendirinya juga akan teratasi. Namun jika itu tidak terpenuhi, maka keberadaan dunia pendidikan tidak akan pernah menjadi baik. Masalah mutu, yang sekarang menjadi persoalan yang paling krusial dalam pendidikan juga sulit untuk teratasi.
Pada era reformasi, di tubuh pgri juga mengalami perubahan yakni dengan melakukan penyesuaian AD/ ART organisasi dan sesuai dengan tantangan dan tuntutan reformasi yang ditandai dengan kongres ke XVIII dibandung. Selain dari pada itu perubahan sebagai organisasi yang mampu beradaptasi dan mewujudkan dirinya sebagai the learnig organization (organisasi pembelajar).
Itulah sekilas gambaran tentang kiprah PGRi dan dinamikanya sampai pada era reformasi. Meski tidak bisa terdiskripsikan secara utuh, namun paling tidak itu juga bisa memberikan kontribusi pemahaman. Sebab saat ini keberadaan guru memang masih memprihatinkan yang imbasnya pendidikan juga sudah mulai menurun. Maka pada masa yang seperti ini kontribusi pemikiran, kajian, dan diskusi tentang persoalan pendidikan, termasuk juga PGRI sebagai organisasi guru dalam rangka mencari solusi yang lebih baik bagi masa depan pendidikan bangsa kita. Dan tentu apa yang menjadi malasah dalam dunia pendidikan seperti dijelaskan di atas juga harus dipikirkan oleh PGRI. Harus diakui itu juga merupakan tantangan masa depan PGRI.
1. Dasar motifasi berdirinya PGRI dan tujuan yang ingin dicapai pada saat PGRI baru didirikan :
Ø  menyatukan perpecahan diantara kelompok guru dan bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tujuan mempertahankan dan menyempurnakan RI, mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan serta membela hak dan nasib buruh umumnya dan guru pada khususnya.
2.   Perjalanan politik PGRI saat demokrasi terpimpin :
Ø  perjalanan politik pgri saat pestra demokrasi tidaklah berjalan seperti yang diharapkan. Politik yang tidak sehat sepertihalnya politik adu domba kerap kali mewarnai suasana pada saat kongres IX dan kongres IX. Pada kongres ke IX PGRI di surabaya pada tahun 1959. soebandri dkk. Meluncurkan politik adu dombanya terutama saat pemiliah ketua umum. Meskipun pada akhirnya politik tersebut tidak berhasil. Politik serupa juga dilanjacarkan pada kongres ke x di gelora bungkarno jakarta 1962. ambisi untuk menduduki kursi ketua umum PB PGRI membuat soebandri dkk menghalalkan segala cara untuk merobohkan lawan politiknya. Politik kotor soebandri seperti membuat dan mengedarkan selebaran yang menuding ME. Subiadinata adalah anti manipol/ pancasila. Namun politik tersebut tidak dan ME.subiadinata terpilih untuk menjadi ketua umum PB PGRI dan menetapkan pancasila sebagai Usdek dasar PGRI.

2.2     PGRI Berjuang Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesi guru pada sat ini masih banyak diperbincangkan oleh khalayak ramai, baik dari kalangan pakar pendidikan baik diluar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa khususnya media cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya banyak yang cenderaung melecehkan posisi guru.
Masyarakat/ orang tua siswa pun kadang – kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya. Manakala putra / putrinya tidak bisa menyelesaikan persolan yang dihadapinya atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya.
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan. Memang sebagian kecil oknum guru yang menyimpang dari kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat guru memancing reaksi yang begitu hebat dimasyarakat. Hal ini dapt dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian menunjukkan bahwa memang guru seyogyanya menjadi anutan dari masyarakat. Sebetulnya berbagai permasalahan yang terjadi tidak seharus guru yang dijadikan sebagai kambing hitamnya akan tetapi masyarakat harus mampu memandang lebih luas akan persoalan yang terjadi.
Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab menurunnya mutu pendidikan ialah kurikulum dan saat ini mulai diterapkan kurikulum berbasis kompotens dan kopentsi tingkat satuan pendidikani maksudnya kurikulum sebagai rujukan pengalaman belajar yang diarahkan bagi tercapainya penguasan kompotensi. Dalan hal ini diperlukan sekurang-kurangnya lima pemain yang dapat menentukan maju mundurnya mutu pendidikan. Diantarnay masyarakat lokal, orang tua, beserta didik, Negara dan pengelola profesional pendidikan.
Denagan posisinya sebagai tenaga utama kependidikan, dipundak gurulah peran sentral kemajuan pendidikan dipercayakan. Dengan posisinya digarda terdepan yang bersentuhan langsung dengan peserta didik, pern dan tanggung jawab guru sungguh fital dalam membawa peningkatan mutu pendidikan. Sebagai pelaku utama yang berada dilini terdepan dalam proses pembelajaran, maka didikan, bimbingan dan pelatihan yang diberikan guru kepad peserta didik menjadi penentu dalam menghantar kesuksesan pendidikan.
Jalan utama untuk mensukseskan pendidikan adalah meningkatkan kualitas profesionalisme guru dan hanya pada guru prfesional sebagai tenaga profesi dalam bidang pedidikan yang dapat menjalankan tugasnya membangun mutu pendidikan dengan lingkup tugasnya yang demikian ditengah tuntutan tugas yang terus berkembang sejalan dinamika perkembangan iptek, dan kian kian kiatnya harapan terhadap pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kompetensi peserta didik, maka hanya guru yang memiliki kompeten profesional yang dapat menerjemahkan dan mewujudkan harapan peningkatan kualitas pendidikan. Pintu kerbang untuk melahirkn sosok guru profesional tersebut berada dipundak lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
Kompetensi profesional guru ditunjukkan pula oleh kemampuan guru dalam megembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian dan secara nyata menghasilkan karya-karya produktif sepreti penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan dengan meteri yang diajarkan. Materi yang dikuasai bukan hanya sekedar materi ajar yang di ajarka sekolah sesuai sabaran dalam kurikulum sekolah, melainkan pula materi yang memayunginya. Dengan menguasai materi yang memayunginya, maka diharapkan guru akan mampu menjelaskan materi ajar dengan baik, dengan ilustrasi jelas dan landasan yang mapan, dan dapat memberikan contoh yang kontekstual. Di samping itu, dikuasai pula struktur keilmuan dari bidang keahliannya.
Dengan meningkatkan dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru akan memilki dampak positif terhadap kinerja dan prestasi guru. Pada akhirnya juga akan berdampak pada peningkatkan kualitas sebagai kontribusinya dalam kegiatan pembangunan bangsa. Prestasi kerja guru ini sangat penting karena merupakan wujud dari harkat dan martabat guru yang mulia dalam mengabdi pada kemanusiaan dan kesetiaan pada bangasa dan Negara.
Selain itu mimang harus diakui bahwa dalam proses membangun sebuah bangsa kontribusi pemikiran menjadi modal utama. Makanya pembangunan SDM menjadi hal penting dalam proses tersebut. Dan dalam melakukan hal tersebut kegiatan yang terorganisir menjadi penting dilakukan dalam mempermudah menjcapai apa yang dinginkan. Termasuk oleh seorang guru, sabagai salah satu pilar penting dalam pendidikan.
Dalam proses tersebut PGRI-lah sebagai salah satu organisasi guru yang tepat untuk menjadi media dalam melakukan proses. Sebab peningkatan profesionalisme guru juga merupakan cita-cita luhur yang juga diperjuangkan oleh PGRI. Melalui program dan aktifitas lainnya yang telah diorganisir dengan rapi PGRI menjadi salah satu organisasi yang akan tetap mengawal lahirnya guru-guru profesional. Sederhananya PGRI merupakan organisasi yang berjuang dalam meningkatkan profesionalisme guru, selain dari memperjungkan kesejahteraan guru.
PGRI sebagai organisasi guru dan tenaga pendidikan lainnya masih dihadapkan sejumlah tantangan kebuttuhan dengan segala potensi dan kekurangan yang dimiliki PGRI. Dalam mengahadapi berbagai tantangan dan tuntutan pgri dituntut untuk terus berjuan dan berjuang untuk kepentingan guru dan tenaga kepentingan lainnya. 
Selagi ada keinginan PGRI untuk maju dan berkembang seta berkesinambungan secara fungsional dalam perjuangannya dalam mensolidasikan diri guna memperkuat bangunan sistem pendidikan diera otonomi daerah maka perjuangan belum berakhir
Dan juga kuatnya peran birokrasi pendidikan yang seringkali dalam memberikan pelayanan masih belum memuaskan sesuai dengan harapan khususnya yang mengyangkut hak guru, dengan ini segenap elemen PGRI dituntut untuk berjuang secara optimal.
Maka dari pada itu sebelum tugu pendidikan di bangun secara kokoh, PGRI berada di barisan terdepan dalam menegakkan tongkat pendidikan tsb hingga titik darah penghabisan. Perjuangan PGRI dalam mengembangkan dan menginkatkan dunia pendidikan akan sukses

bila sesuai dengan prinsip perjuana dan didukung strategi yang tepat. Perjuangan PGRI dalam meningkatkan dan mengembangkan dunia pendidikan tidak boleh terlepas dari prinsip perjuangan PGRI dimana dalam prinsip PGRI harus:
Ø  memiliki kemurinian perjuangan artinya seluruh anggota dan pengurus PGRI dalam menjalankan kiprahnya harus bersungguh – sungguh dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan berjdasarkan ketentua AD/ ART serta program kerja PGRI yang telah ditetapkan melalui kongres, konferda, kongkerda, konfercab dan kongkercab.
Ø  Segenap pengurus PGRI harus mengedepankan kepentingan organisasi dan kepentingan anggotanya sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan sehinga kesuksesan dalam perjuangan mudah diraih
Ø  Segenap pengurus harus mengedepankan nilai – nilai solidaritas dlam setiakawan, kompak, dan harmonis serta melakukan sharing secara sinergis bersama elemen masyarakat dalam memecahkan persoalan terutama persoalan pendidikan.

Tidak hanya sesuai dengan prinsip perjuangan saja akan tetapi juga perlu mengambil langkah – langkah strategis dalam perjuangannya. Seperti halnya intensifikasi silaturrahmi, optimalisasi kemitraan, aktualisasi program kerja dan transparansi manajemen. Perjuangan PGRI tidak akan sukses bila sudah tidak sesuai dengan prinsip dan didukung oleh strategi yang tepat dan tidak akan berjalan maksimal jika hal itu semua tidak dilakukan secara totalitas.
Lintasan perjuangan PGRI yang paling terkesan yang memberi dampak besar pada kesejahteraan guru yaitu perjuangan pada bidang formasi pendidikan nasional dimana PB-PGRI ikut berperan aktif dengan memberitakan masukan kepada pemerintah agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terwujud dengan tepat sasaran. Contoh: adanya pendekatan BBE( pendidikan berbasis luas) yang tujuannya menyelamatkan nasional sebagai soko guru pembangun bangsa. Educational International (EI) merupakan oranisasi guru internasional yang diikuti oleh 304 organisasi guru yang terdiri dari 155 negara dan mempunyai 24 juta anggota.
Mengingat betapa besarnya organisasi tersebut merupakan sebuah modal awal bagi PGRI untuk memperluas akses serta dukungan. Jadi PGRI tidak hanya mendapat dukungan dari tingkat nasional akan tetapi juga internasional sehingga PGRI tidak hanya dikatakan besar dinegaranya saja akan tetapi juga bisa berkecipung dan besar di tingkat internasional. Sebagai wahana untuk mengukur tingka kompetensi PGRI dikancah internasional dan mampu bersaing dengan negara negara lainnya. Sebagai akses informasi yang terjadi dalam dunia pendidikan internasional sehingga penididkan nasional ita tidak kalah bersaing dengan negara – negara lainnya
Keuntungan lainnya yang diperoleh dengan masuknya PGRI dalam Education internasional (EI) yaitu: PB PGRI duduk dalam kepengerusan EI untuk kawasan Asia. (Fasifik) ketua umum PB PGRI mendapat kehormatan untuk menjadi salah seorang pembicara dalam beberapa konferensi internasional dan kerjasama bilateral telah terbina dengan STU dll.
2.3 Profesionalisme Guru Penentu dalam Penigkatan Mutu Pendidikan
Teringat akan perkataan bijak akan guru menyatakan bahwa “ guru merupakan panutan dan sebagai sumber ilmu bagi muridnya sampai kapanpun posisi/ peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih”. Cukup terbukti penyataan tersebut bahwa Sampai hari ini masih diyakini bahwa salah satu pilar penting dalam membangun sebuah bangsa yang berkeadaban adalah pendidikan. Dengan pendidikan yang baik, sebuah bangsa juga akan bisa menjadi baik. Dan sebaliknya apabila pendidikan dalam suatu bangsa berada dalam keadaan yang memperihatinkan (tidak baik/terpuruk), maka itu juga akan menjadi awal kehancuran bangsa tersebut.
Bicara pendidikan dan kemajuannya maka banyak hal yang akan mempengaruhi, mulai dari kebijakan pemerintah, fasilitas yang digunakan dan juga guru sebagai unsur terpenting dalam pendidikan. Dari beberapa komponen tersebut guru memiliki peranan sangat penting dalam mensukseskan pendidikan. Sebab guru merupakan unsur yang paling banyak berinteraksi dengan anak didik baik dalam proses pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sehingga dengan demikian keberadaannya akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan anak didik. Ia (Guru) menjadi ujung tombak dalam menentukan keberadaan anak didik.
Sebagai ujung tombak yang akan menentukan hitam putihnya dimensi pendidikan kedepan, maka guru harus benar-benar menyadari bahwa dipundaknyalah masa depan anak didik, masa depan pendidikan dan masa depan bangsa berada. Sehingga dengan kesadaran tersebut maka ia akan memahami apa yang harus dilakukan untuk memberikan yang terbaik dalam proses pendidikan.
Untuk memantapkan peranannya dan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi pendidikan, maka kualitas atau profesionalisme guru menjadi prasayarat utama untuk diperhatikan. Dengan profesionalisme seorang guru akan mampu mangangkat pendidikan kita dari keterpurukan. Sehingga profesionalisme menjadi modal yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jika tidak, maka ia (guru) tidak akan bisa bebuat apa-apa bagi pendidikan. Atau bahkan malah keberadaanya menjadi beban terhadap proses pembangunan bangsa.
Profesionalisme guru dibutuhkan dalam tiap proses pendidikan, utamanya dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, profesionalisme menjadi modal yang utama. Ketika guru tidak profesional, maka jelas tidak akan mampu melakukan proses pembelajaran dengan efektif. Jika proses pembelajaran tidak efektif maka itu juga akan sangat berpengaruh terhadap capaian pendidikan.
Dalam proses pembelajaran profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang guru minimal yang pertama, penguasaan terhadap disiplin ilmu yang menjadi pegangannya. Penguasaan terhadap materi dan tidak hanya terpaku pada materi yang ada dalam buku-buku yang sudah biasa atau sering disebut dengan buku paket akan sangat menentukan terhadap proses pembelajaran. Dan ketika guru tidak paham secara utuh terhadap disiplin ilmu yang diajarakan, maka jelas akan kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran. Itulah yang akan menjadi awal kegagalan guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

Kedua, Selain menguasai terhadap disiplin ilmu yang diajarkan, seorang guru juga harus kaya dalam hal metoda pembelajaran. Kemampuan pemahaman keilmuan yang tidak diiringi dengan kekayaan metode juga akan mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran. Sebab dengan demikian pesan atau nilai yang akan disampaikan terhadap anak didik ketika tidak menggunakan metode yang pas maka akan sulit untuk dipahami. Dengan sendirinya pemahaman yang mantap tanpa metode yang pas juga akan sia-sia. Anak didik juga tidak bisa menerima apa-apa dari gurunya.
Dalam hal metode, disinilah seorang guru dituntut untuk betul-betul kreatif agar bisa menemukan metode yang bisa digunakan mengajar dengan baik. Guru paling tidak terlebih dahulu dituntut untuk bisa memahami keadaan anak didik. Sebab pemahaman terhadap keberadaan anak didik akan menjadi awal untuk bisa menemukan metode yang pas dan dengan demikian pada akhirnya mutu pendidikan akan dapat diperbaiki.

1. Kiprah PGRI terhadap perkembangan profesionalisme guru :
PGRI adalah organiasi profesi yang mengabi dibidang pendidikan. Bertekad melanjutkan reformasi menata pendidikan melalui penyelengaraan otonomi pendidikan bermutu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dimasa depat dapat maju dan berkembang.
Berkenaan dengan pengikatan sumber daya manusia. Tentunya PGRI dalam kiprahnya memberikan pemberdayaan terhadap guru sehingga menjadi guru profesional. PGRI sebagai organisasi profesi bertugas membina seta mngembangkan sikap prilaku dan keahlian agar para guru anggota PGRI khususnya mampu melakukan tugasnya dengan baik dan penh tanggung jawab seta dapat diandalkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Melalui seminar dan pembinaan serta pelatihan yang intensif dan berkesinambungan terhadap guru dalam upaya memiliki dan menguasai 4 kompetensi guru sehingga dapat meningkatkan pofesionalismenya sebagai guru menjadi angenda utama PGRI dalam menyongsong pembangunan nasional karena bagaimanapun juga, guru merupakan ujung tombak dan pilar utama keberhasilan pendidian..
Peran PGRI dalam mensukseskan pelaksanaan sertifikasi guru marupakan strategi PGRI yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya yang berdasarkan kwalifikasi dan kompetensi guru dan pembinaan untk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas sebagai tenaga profesional
setuju, karena profesionalisme dan kesejahteraan saling menunjang sebab pemberian kesejahtaraan, seperti penghargaan dan sertifikasi dapat meningkatkan kinerja peran guru agar lebih profesional, dan menjlankan kiprahnya secara tanggung jaewab serta meningkatkan harkat dan martabat guru sebagi tenaga pendidik. Disamping itu, adanya kesejahteraaan yang diberikan akan lebih memicu semangat dari para guru untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik. Oleh karena itu kesejahtaeraan seorang guru sangat berperan threaded keprofesionalan guru tersebut, meskipun disisi lain masih kite temui guru yang tidak mengharap adanya hal itu (tunjangan), dan ini bisa kite lihat masih adanya guru-guru agama/ngaji yang terus melaksanakan tugasnya tanpa mamperhatikan gaji atau tunjangan yang lainya.

2.4 Program PGRI untuk Meningkatkan Pemerataan Pendidikan
Evaluasi yang dilakukan dalam menyusun progaram kerja suatu hal yang lazim dalam sebuah organisasi begitu juga PGRI sebagai organisasi yang eksis dibidang pendidikan. Dal ini dilakukan untuk bagaimana roda organisasi diarahkan. Sehingga dari hasil evaluasi tersebut nantinya dapat melahirkan program kerja efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka menjawab problema yang muncul pada saat ini dan masa yang akan datang.
Problem besar bangsa kita hari ini masih pada persoalan rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan yang diakui menjadi modal paling penting dalam membangun sebuah bangsa masih tidak bisa diandalkan. Samapai hari ini yang namanya mutu pendidikan kita masih jauh dari harapan. Belum lagi masih banyaknya angka putus sekolah dan banyaknya masyarakat yang mimang tidak pernah mengenyam pendidikan.
Pemerataan pendidikan sampai pelosok desa juga bisa berjalan dengan maksimal. Pemerintah dengan program Wajar Dikdas juga belum bisa terealisasi dengan sebagaimana mestinya. Ini masih bisa dilihat dari masih banyaknya angka putus sekolah, masih menumpuknya masyarakat yang belum mengenyam pendidikan. Dan kebanyakan dari mereka problemnya sama, yakni persoalan biaya pendidikan yang masih sulit untuk bisa dijangkau. Meski sekarang ada dana BOS tapi masih ada saja biaya-biaya lain yang sering dipungut pihak sekolah, sehingga masyarakat miskin tetap tidak bisa mengeyam pendidikan yang menjadi haknya.
Inilah yang menjadi problem bersama ditingkatan masyarkat miskin dalam persoalan pendidikan. Yakni tidak terjangkaunya biaya pendidikan. Belum lagi keluaran dari lembaga pendidikan yang juga masih banyak tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa menjadi pelengkap penderita dalam masyarakat. Sehingga masyarakat juga tambah apatis untuk menyekolahkan anaknya pada lemabaga pendidikan formal. Makanya sampai hari ini yang namanya pemerataan pendidikan hanya tinggal namanya. Namun masyarakat tetap banyak yang belum kesampaian hal tersebut.
Melihat persoalan tersebut yang sebenarnya itu merupakan tanggungjawab pemerintah yang paling besar untuk mangatasinya. Namun ketika meluhat pemerintah yang sekarang juga masih belum serius, maka sebenarya ini harus ada kepedulian dari semua elemen. Sebab mimang harus disadarai secara hakikat persoalan pendidikan juga menjadi persoalan semua masyarakat Indonesia.
Dalam konteks PGRI, juga sudah banyak hal yang dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan. PRGI dengan semua lembaga pendidikan yang dinaunginya itu juga merupakan satu bukti konkrit peran sertanya dalam pemerataan pendidikan.

Selain lembaga pendidikan yang ada, PGRI juga berperan dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat. Sebab persoalan pemerataan bukan semata-mata pada persoalan tersedianya lembaga pendidikan. Namun ada masalah lain selain hal tersebut. Yakni persoalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
Sekarang masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa pendidikan bukan hal yang penting bagi kehidupan. Asumsi ini lahir dikarenakan banyak orang yang berpendidikan masih menganggur. Artinya alumni lembaga pendidikan masih belum bisa berbuat apa-apa ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk melakukan perubahan pada kehidupan masyarakat.
PGRI sebagai organisasi guru, harus melakukan upaya dalam rangka membangun kesadaran bagi masyarakat. Sosialisasi pentingnya pendidikan menjadi hal yang seringkali dilakukan dalam rangka membangun kesadaran masyarakat. PGRI tidak hanya menghimpun guru, tapi juga menghimpun masyarakat untuk sadar akan peran penting pendidikan dalam kehidupan. Dengan seperti itulah pemerataan pendidikan akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dan pada akhirnya jika hal tersebut tercapai, maka apa yang menjadi cita-cita luhur bangsa kita juga akan tercapai.
1.         Dengan memiliki jumlah anggota yang banyak yang terdiri dari tingkat pusat hingga tingkat sampai ke daerah – daerah terpencil, sruktur organisasi yang merata diseluruh wilayah sampai kedesa – desa, semangat juang dan pengalaman yang tinggi, tempat pengabdian dari kabupaten sampai desa, pengakuan atas eksistensi yang cukup tinggi dari masyarakat dan pemerintah menjadikan ini semua sebagai kekuatan PGRI. Dengan kekutan tersebut PGRI dapat memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap guru – guru baik guru yang berada dikota maupun di desa atau daerah terpencil sehingga pemerataan kemampuan guru dapat teripta dari tingkat pusat sampai daerah – daerah jika kemampuan guru merata di seluruh tingkatan akan memungkinkan untuk pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi peningkatan di dunia pendidikan, memberikan sosialisasi mengenai kebijakan – kebijakan dari pusat kepada daerah sebagai landasan untuk mengawal jalannya pendidikan nasional. Membantu anggota atau pun masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya terutama dalam bidang pendidikan sebagai bahan evaluasi pemerintah dalam tahun – tahun berikutnya, memupukkan semangat juang yang tinggi serta rasa tanggung jawab dan kredibilitas yang tinggi dalam eksistensinya memberikan pemberdayaan terhadap masyarakat dengan melakukan sharing bersama seluruh elemen masyarakat sehingga tercipta gagasan – gagasan serta ide – ide yang cemerlang. Selain hal berkenaan diatas secara garis besarnya cara menggunakan kekuatan untuk meningkakan mutu pendidikan yaitu menggunakan kekuatan tersebut secra tepat guna misalnya meningkatkan mutu dan relevan dan pendidikan pada lembaga pendidikan baik umum maupaun pendidikan keagamaan mulai pendidikan persekolahan sempai dengan pendidikan lanjutan , mengembangkan kursus keterampilan meningkakan motivasi belajar siswa agar menjadi siswa yang berprestasi dalam segala hal dan semuanya tidak luput dari kerja sungguh –sungguh dalam melaksanakannnya.


2.         PGRI memiliki kelemahan , cara mengurangi kelemahan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu harus meningkaan kerja dari organisasi dan anggota PGRI , PGRI harus berusaha mencari tambahan dana agar kegiatan yang di laksanakan terlaksana sesuai dengan yang di inginkan , PGRI harus lebih realistis dalam menghadapi masalah yang bersangkutan dengn pendidikan ( kurangnya para pemikir dari anggota PGRI).
3.         PGRI memiliki peluang cara merebut peluang dan cara memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu : harus bisa menempatkan diri dan ikut berperan aktif dalam organisasi PGRI sehingga kita dapat dengan mudah mengambil peluang yang terdapat dalam organisasi tersebut. Misalnya, menangani masalah pendidikan, dimana pada zaman saat ini masih banyak anak yang putus sekolah , padahal meraka sangat membutuhkan didikan dan ilmu dari bangku sekolah, yang dapat memberikan inspirasi dan gambaran tentang apa dan bagaimana kita menghadapi masa depan yang dapat menunjang kehidupan kita kelak
4.         PGRI memiliki ancaman, cara menghadapi ancaman untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu :
Ø  PGRI harus lebih tegas dalam mengambil keputusan dan dapat dipertanggung jawabkan
Ø  Meningkatkan solidaritas bersama,
Ø  Mencegah adanya paham-paham baru yang dapat merusak kinerja PGRI


2.5     TANGGUNG JAWAB PGRI DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG   LEBIH BAIK

Setiap manusia diberikan sebuah hak dan kewajiban dalam mengarungi hidupnya. Begitu juga dengan tanggung jawabnya, dimana setiap tanggung jawabnya dalam beraktivitas perlu dipertanggung jawabkan sebagai bentuk bahwa manusia tersebut adalah manusia yang bertanggung jawab.

Dalam perjalanaannya Persatuan Guru Repuoblik Indonesia (PGRI) merupakan organisasi tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan yang lainnya. Dengan berpegang teguh kepada pancasila dan mengabdi dibidang pendidikan dan berupaya menata pendidikan yang lebih baik agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan dan perkembangan.

Organisasi PGRI sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana pendidikan sendiri merupakan bantuan atau pertolonganyang diberikan seorang kepada orang lain secara usaha sadar dan terencana guna menciptakan suasana belajar dan proses pembelajran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk meningkatkan kemampuan dan menuju taraf kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang berbasis luas, seperti diketahui konsep yang ada di BBE pada awalnya menunjukkan pada pendidikan yang memberi landasan yang kuat pada pengetahuan dasar atau ilmu-ilmu yang mendasarinya.

            Para guru hanya membekali para siswa dengan kemampuan tertentu yang spesifik. Pada awalnya, peserta didik tidak cukup hanya dengan belajar untuk menguadsai kemampuan atau keterampilan tertentu, melainkan mereka dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu yang lain yang relevan yang melandasi atau menunjang pembangunan pendidikan yang ada dengan pemikiran yang cemerlang. Landasan ilmu-ilmu tersebut berupa ilmu pengetahuan dasar, ilmu umum atau liberal arts education.

Sejak tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi peserta didik harus mempelajari berbagai jenis mata pelajaran atau disiplin ilmu dengan tujuan agar mereka memiliki landasan yang cukup nguna belajar alebih lanjut dengan memiliki berbagai keahlian yang sesuai denagn dirinya. Sehingga peserta didik tidak hanya dilatih untuk menguasai keahlian atau keterampilan tertentu, melainkan mere biasa dibekali berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini PGRI marupakan suatu wadah guru harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam menjalankan kemajuan pendidikan dlam membangun tatanan baru dunia pendidikan yang lebih baik dan melaksanakan berbagai basis pendidikan demi memajukan pendidikan. Tanggung jawab PGRI adalah suatu kesediaan dan kemampuan anggota PGRI dalam organisasi untuk menanggung segala akibat dari perbuatan yang mereka lakukan serta harus mempunayi kesediaan dlam membangun tatanan dunia baru pendidikan yang lebih baik.

Agar kualitas pendidikan lebih baik PGRI selaku organisasi yang bergerak dalam dunia pendidikan harus ikut bertanggung jawab dengan cara ikut serta secara aktif dan konsrtuktif dalam menjalankan tugas keprofesionalan, dalam hal ini guru sebagai anggota terdepan organisasi harus dapat memahami hak dan kewajiban sebagai pendidik dengan berbagai upaya dan strategi yang dilakukan sebagai organisasi profesi. Tanggung jawab PGRI dalam memajukan pandidikan dapat juga dilihat dari usaha PGRI dalam mencari mitra sebanyak mungkin dan mencari dukungan dari luar negri seperti halnya PGRI membangun mitra secara internasional melalui education international (EI). Pada era otonomi daerah PGRI juga terus mengikuti dan menyikapi berbagai permasalahan dan tantangan sesuai dengan tuntutan otonomi daerah demi memajukan tatanan pendidikan yang lebih baik.

PGRI juga bertanggung jawab dalam pembentukan guru yang profesional yang disertai empat kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi kamahiran (profesional) sehingga guru dapat memberikan bahan ajaran yang berkualitas dan dapat diterima oleh peserta didik serta guru dapat memahami karakteristik sehingga lebih mudah dalam menyampaikan meteri pelajaran.  

Di era reformasi, menurut surya (2003), PGRI sekurang –kurangnya menghadapi tiga lingkup tantangan yakni: tantangan global, tantangan nasional dan tantangan organisasional menjawab tantangan global menjawab tantangan global tidaklah seperti membalikkan kedua belah tangan atau mengedipkan mata. Karena sifatnya yang global jadi ruang lingkupnya sedikit lebih luas. Untuk menjawab tantangan global ini maka PGRI dengan meningkatkan muttu dan kualitas sumber daya manusia (baca : anggota) yang bermutu dan profesional yang mampu mengatasi berbagai tantangan dan memenuhi kebutuhan.

Kerja tim (team work) yang kompak. Paling tidak dengan kesinegian dan kekompakan yang terjadi di seluruh pengurus dan serta anggota paling tidak mengkokohkan rasa persatuan dan persatuan dan mengurangi beban dalam menghadapi tantangan sehingga tidak terkesan tercerai berai yang mana nantinya akan membuat rapuh organisasi selevel PGRI.

Sumberdaya yang mengusai IPTEK, iptek wajib hukumnya bagi setiap anggota PGRI untuk dikuasai hal ini di tekan kan agar setiap anggota maupun pengurus pgri tidak ketingalan pengetahuan dengan negara – negara lain dan mampu berkompetensi dengan negara lain. Dengan menguasai iptek kita dapat mengurangi dampak arus globalisasi.

Membangun keterbukaan di PGRI dalam menyikapi perkembangan yang terus berlangsung yakni dengan terbuka untuk kesempatan berpartisipasi, membuka seluas-luasnya perbedaan perspektif tentang isu, penyelesaian konflik secara terbuka dan transparan, keterbukaan trhadap pandangan dan refleksi dalam mengemukakan fikiran dan perasaan serta keterbukaan threaded kesalahan agar dapat berperilaku dan belajar dari kesalahan yang lalu.

Kiprah PGRI di ere otonomi pendidikan PGRI harus melakukan adapatasi dalam aspek kultural (penyusuaian struktur organisasi dengan otonomi) aspek kultur (PGRI harus lebih demokratis dan terbuka) aspek substansi (PGRI berusaha untuk mampu mengakomudasi berbagai aspirasi anggota sesuai dengan kondisi daerah masing-masing) dan aspek sumber daya manusia PGRI harus mampu memnerikan sumbangan threaded pelaksanaan otonomi yang berada dalam persatuan dan kesatuan bangsa.

PGRI membangun kerja sama internasional terhadap perkembangan global yakni PGRI bekerja sama membangun kemitraan internasional terutama melalui edicational international (EI) karena PGRI dapat memperkuat, belajar dan dapat mentranspormasikan keberadaan PGRI dan gagasan PGRI untuk masyarakat dunia dalam membangun tatanan dunia baru yang lebih baik terutama pada aspek pendidikan

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan tatanan baru yang lebih baik. Sedangkan pada saat ini, tuntutan profesionalisme  bagi  guru-guru  di  abad  21  menjadi  satu  hal yang  sangat  mutlak  Guru harus peka terhadap perkembangan media, informasi dan segala berita yang terjadi pada dunia pendidikan. Hal ini untuk memudahkan seorang guru menjagi guru yang ideal dan terdepan dalam mengatasi masalah-masalah guru dan pendidikan. PGRI adalah salah satu organisasi profesi yang mewadahi kegiatan guru.
2.      PGRI memberikan peranan penting dalam dunia pendidikan dalan Meningkatkan Profesionalisme Guru sehingga dapat menghasilkan generasi-generasi anak bangsa yang berkualitas serta
3.      PGRI berperan penting dalam pemerataan guru ke seluruh pelosok negeri untuk memberikan pendidikan yang layak dan berkualitas di daerah pelosok.

SARAN :
Era reformasi merupakan suatu kurun waktu yang ditandai dengan berbagai perubahan untuk membentuk suatu keseluruhan tatanan baru yang lebih baik. Sedangkan pada saat ini, tuntutan profesionalisme  bagi  guru-gurumenjadi  satu  hal yang  sangat  mutlak  dibutuhkan. Guru harus peka terhadap perkembangan media, informasi dan segala berita yang terjadi pada dunia pendidikan. Hal ini untuk memudahkan seorang guru menjagi guru yang ideal dan terdepan dalam mengatasi masalah-masalah guru dan pendidikan. PGRI sebagai salah satu organisasi profesi yang mewadahi kegiatan guru, tentunya harus memikirkan segala masalah dalam dunia pendidikan seperti yang dijelaskan diatas. Harus diakui itu juga merupakan tantangan masa depan bagi PGRI.



DAFTAR PUSTAKA

Kartono. 2002. Menebus Pendidikan yang Tergadai. Yogyakarta: Kanisus
Musaheri. 2009. Ke-PGRI-an. Sumenep: DIVA Press
Muyasa. 2006. Managemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryasubroto. 1997. Proses Belajat Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Kementerian  Pendidikan  Nasional.(2010)
Buku  Saku  Statistik  Pendidikan 2009/2009. Jakarta: Balitbang Kemdiknas.
Surya  Dharma  (2012)  Tantangan, Kebijakan  dan  Program  Menuju  Guru Profesional. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Paparan Seminar.
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wirawan. (2002). Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.
Yutmini, Sri. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.